Geopark Natuna lebih dari sekadar kumpulan formasi batuan kuno dan pemandangan yang menakjubkan di perbatasan utara Indonesia. Di balik keheningan geositus dan kelembutan pantai pasirnya, Pemerintah Kabupaten Natuna memegang komitmen mendalam untuk melestarikan warisan alam ini, serta berjuang untuk pengakuan globalnya sebagai bagian dari jaringan Geopark Global UNESCO.
Penghargaan ini bukan sekadar ambisi, melainkan tanggung jawab yang lahir dari sejarah dan budaya. Tukino, Sekretaris I Badan Pengelola Geopark Nasional Natuna, menjelaskan bagaimana pemerintah lokal secara konsisten mengadakan program pelatihan pemberdayaan masyarakat dari tahun 2021 hingga 2024. Pelatihan ini mencakup pengajaran mengenai pemanduan wisata, pengelolaan homestay, dan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Geopark
Melalui pelatihan yang rutin, tujuan utamanya adalah agar masyarakat memiliki rasa kepemilikan dan turut melindungi Geopark Natuna. “Tanpa keterlibatan mereka, geopark hanya akan menjadi nama,” kata Tukino saat wawancara di Natuna. Hal ini menunjukkan bahwa pelibatan komunitas lokal adalah kunci keberhasilan pengelolaan kawasan ini.
Dari pelatihan yang telah dilakukan, banyak masyarakat yang mulai memahami pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Mereka belajar bagaimana mengelola destinasi wisata secara berkelanjutan, bertanggung jawab, dan ramah lingkungan. Dengan pengetahuan tersebut, diharapkan akan muncul kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sambil memaksimalkan potensi ekonomi masyarakat.
Membangun Infrastruktur yang Mendukung
Selain pengembangan kapasitas manusia, Pemerintah Kabupaten Natuna juga memperkuat infrastruktur dengan membangun fasilitas pendukung di beberapa geositus kunci. Dana Alokasi Khusus (DAK) menjadi sumber utama pendanaan pada tahun 2023 dan 2024, termasuk pembangunan jalan akses, papan informasi, dan area istirahat bagi pengunjung.
Menurut Tukino, setiap kebijakan dan tindakan yang diambil merupakan bagian dari persiapan evaluasi berkala yang akan dilakukan oleh Komite Geopark Nasional Indonesia (KNGI) pada akhir Juli 2025. Evaluasi ini akan menentukan apakah Natuna masih layak mendapatkan status Geopark Nasional.
“Kami sudah mempersiapkan segalanya. Dari sisi administrasi, laporan kami sudah lengkap. Di lapangan, kami telah memastikan bahwa fasilitas di beberapa geositus memenuhi standar yang ditetapkan,” imbuhnya dengan percaya diri. Kesiapan ini akan menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam mempertahankan status yang telah diberikan.
Menuju Pengakuan Geopark Global UNESCO
Namun, Pemerintah Kabupaten Natuna tidak ingin berhenti di pengakuan nasional. Tukino menekankan bahwa mereka telah mempersiapkan langkah besar berikutnya: menyusun dokumen resmi untuk diajukan ke UNESCO. Langkah ini menandakan awal menuju panggung internasional—menuju status Geopark Global UNESCO.
“UNESCO tidak hanya menilai keindahan alam. Mereka juga mengevaluasi seberapa baik suatu daerah melestarikan, mengelola, dan melibatkan komunitas lokal dalam konservasi,” tambah Tukino. Risiko tantangan ini memerlukan komitmen yang kuat dan kolaborasi erat antara berbagai pihak.
Geopark Natuna bukan sekadar bentang alam. Ia adalah cerminan kearifan lokal dan semangat kolektif komunitas yang berkomitmen untuk merawat tanah yang mereka sebut rumah. Ketika suatu hari dunia mengakui Natuna sebagai bagian dari keluarga geopark global, itu akan menjadi kemenangan bersama, tidak hanya untuk Natuna tetapi juga untuk seluruh Indonesia.