Tiga pelajar dari wilayah Jawa Barat baru-baru ini sukses merebut medali emas dalam ajang bergengsi International Greenwich Olympiad (IGO) 2025 yang berlangsung di London, Inggris. Keberhasilan ini bukan hanya sekadar capaian individu, melainkan juga menjadi kebanggaan bagi bangsa.
Di tengah kompetisi yang ketat, di mana 350 peserta dari 53 negara berkompetisi, ketiga pelajar tersebut berhasil menampilkan inovasi yang menarik perhatian. Dengan projek berjudul “Potential of CaCo3 from chicken bone waste as an Environmentally Friendly Concrete Composite Additive,” mereka berhasil menciptakan batu bata ramah lingkungan dari tepung tulang ayam, yang menunjukkan kepedulian akan isu limbah dan lingkungan.
Pencapaian Gemilang Pelajar Indonesia di Panggung Internasional
Dalam momen bersejarah ini, pelajar bernama Moch Zahran Alfathin Mulkan Djunaedi, Viandra Satriya Hutomo, dan Muhammad Haikal Alqory menarik perhatian juri dengan inovasi yang mereka usung. Menurut Zahran, medali emas yang mereka peroleh adalah hasil kerja keras dan dedikasi yang telah dilakukan. “Kami sangat bersyukur bisa meraih medali emas dalam olimpiade ini,” ungkapnya ketika dihubungi setelah perlombaan.
Pengerjaan projek ini tidaklah mudah. Melalui proses seleksi yang panjang di tingkat nasional, mereka menunjukkan ketekunan serta kemauan untuk belajar. Pengalaman berkompetisi di panggung internasional, membawa nama Indonesia dan mendengar namanya disebut sebagai pemenang, membuat semua perjuangan itu terasa sangat berarti.
Inovasi Berbasis Limbah: Solusi untuk Lingkungan
Projek batu bata dari tepung tulang ayam merupakan terobosan yang berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan. Limbah tulang ayam yang sebelumnya mungkin hanya menjadi sampah kini bisa dimanfaatkan menjadi bahan bangunan yang kuat. Zahran menambahkan, “Kami berharap penelitian ini dapat diterapkan di tanah air, mengingat banyaknya limbah yang tidak terpakai.”
Tidak hanya menjawab masalah limbah, tetapi projek ini juga berfokus pada keberlanjutan lingkungan. Kegiatan penelitian dan inovasi semacam ini menunjukkan bahwa pelajar Indonesia tidak kalah dengan pelajar dari negara lain dalam berpartisipasi di ranah sains global. Keterlibatan mereka dalam inovasi berkelanjutan menjadi cermin bahwa pemuda Indonesia memiliki potensi besar dalam menciptakan solusi untuk masalah lingkungan yang kompleks.
Keberhasilan ini juga membuka peluang bagi pengembangan lanjutan. Kemenangan ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga tanggung jawab untuk melanjutkan inovasi dan menjadikannya nyata di masyarakat. Dengan kolaborasi yang baik antara pendidikan dan dunia industri, ide-ide mereka dapat diwujudkan, memberikan manfaat untuk banyak orang.
Dengan demikian, ketiga pelajar ini tidak hanya membawa pulang medali emas, tetapi juga harapan akan masa depan yang lebih baik melalui inovasi yang ramah lingkungan. Pengalaman mereka dalam ajang internasional ini akan terus menginspirasi generasi muda lainnya untuk berinovasi dan berkontribusi terhadap keberlanjutan planet kita.